Sabtu, 01 November 2014

Artikel PKL




TEKNIK PEMBESARAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR, DESA MAPPAKALOMPO , KEC. GALESONG, KAB. TAKALAR, SULAWESI SELATAN.


ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG
BUDIDAYA PERAIRAN




Oleh:
MUHAMMAD HASAN
NIM. 115080500111018

 



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014



TEKNIK PEMBESARAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR, DESA MAPPAKALOMPO , KEC. GALESONG, KAB. TAKALAR, SULAWESI SELATAN.


ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG
BUDIDAYA PERAIRAN

Artikel Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh:
MUHAMMAD HASAN
NIM. 115080500111018


 
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014


ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG


TEKNIK PEMBESARAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR, DESA MAPPAKALOMPO , KEC. GALESONG, KAB. TAKALAR, SULAWESI SELATAN.


Oleh :
MUHAMMAD HASAN
NIM. 115080500111018


Mengetahui,                                                                                    Menyetujui,
Ketua Jurusan                                                                                  Dosen Pembimbing



Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS                                        Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS
NIP. 19622825 198603 2 001                                                             NIP. 19600425 198503 1 002

Tanggal :                                                                                           Tanggal :



TEKNIK PEMBESARAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) TAKALAR, DESA MAPPAKALOMPO , KEC. GALESONG, KAB. TAKALAR, SULAWESI SELATAN.

RAISING TECHNIQUES OF THE BLUE SWIMMER CRABS (Portunus pelagicus) AT HALL OF BRACKISH WATER CULTIVATION FISHERIES (BPBAP) TAKALAR, MAPPAKALOMPO SUB-DISTRICT, GALESONG DISTRICT, TAKALAR REGENCY, SOUTH SULAWESI.

Muhammad Hasan1, Maheno Sri Widodo2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis kepiting laut yang dapat berenang. Rajungan menjadi salah satu produk ekspor dalam beberapa tahun terakhir. Selama ini ekspor rajungan mengandalkan tangkapan dari laut sehingga populasi rajungan di alam terancam. Tujuan dari Praktek Kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan  serta mempelajari secara langsung bagaimana tehnik pembesaran rajungan (Portunus pelagicus)  di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar , Sulawesi Selatan. . Metode yang dipakai dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi, data primer dan data sekunder. Pembesaran rajungan (Portunus pelagicus) dimulai dari  persiapan tambak budidaya, pengeringan dasar tambak, pemupukan dan pengapuran, pemberian shelter, penebaran benih, pengontrolan, sampling, pengontrolan kualitas air, dan pemanenan. Kualitas air tambak selama pemeliharaan cukup baik. Nilai DO rata-rata > 3 mg/l, suhu berkisar antara 25-300C, salinitas 25 ppt, dan pH rata-rata 7,8. Laju pertumbuhan harian rajungan selama bulan ke 2 sebesar 65,33%. Shelter untuk budidaya rajungan dapat menggunakan botol plastik bekas atau dengan menggunakan rumput laut jenis Gracillaria sp atau Caulerpa sp. Pemasangan shelter terbukti meningkatkan jumlah SR rajungan.

Kata Kunci : Rajungan, Teknik Pembesaran

         Blue swimmer crabs (Portunus pelagicus) was one of the types of sea crab which could swim. Blue swimmer crabs had been becoming one of export products in the recent years. The exports of blue swimmer crab relied on the catches from the sea so that its population has been threatened. The purpose of this field practice was to improve the ability and skill also to directly learn how to raise blue swimmer crabs (Portunus pelagicus) at Hall of Brackish Water Cultivation Fisheries (BPBAP) Takalar, Mappakalompo Sub-district, Galesong District, Takalar Regency, South Sulawesi. The method used was descriptive with data retrieval techniques were; primary data and secondary data. Raising Techniques of the blue swimmer crabs (Portunus pelagicus) started from preparing the embankment, drying the bottom of the embankment, fertilization and calcification, giving the shelter, spreading the seed, controlling, sampling, controlling the quality of water, and harvesting. The quality of water during the breeding time was good. The average value of DO was > 3 mg/l, the average temperature was 25-300C, salinity was 25 ppt, and average pH was 7.8. The daily growth rate during the 2nd month was 65.33%. Shelter which was used during cultivation could be made from used plastic bottles or seaweed from  GracillariasporCaulerpa sptype. The installation of shelter was proved in the improvement of quantity of blue swimmer crab SR.
Keywords: Blue Swimmer Crab, Raising Techniques


1.      PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
       Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak terdapat di Perairan Indonesia. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri . Daging kepiting ini selain dinikmati di dalam negeri juga di ekspor ke luar negeri seperti ke Jepang, Singapura dan Amerika. Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di laut (Jafar, 2007).
      Seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam. Salah satu upaya untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan budidaya (Juwana,  2002).
      Pengembangan budidaya rajungan masih jarang dilakukan, berbeda dengan budidaya kepiting bakau yang telah lama dilakukan. Nakamura dan Supriyatna (1990), menyatakan bahwa kendala dalam budidaya rajungan adalah tingkat kelulushidupan yang masih rendah, yaitu berkisar 4%-29%.  Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang teknik pemeliharaan benih rajungan sangat penting dalam budidaya rajungan sehingga nantinya di harapkan mampu memproduksi rajungan dalam jumlah yang cukup tinggi , memiliki pertumbuhan yang cepat, dan kualitas unggul.
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar terletak di Desa Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar ,Sulawesi Selatan. Dalam upaya untuk menjadikan BPBAP Takalar sebagai pusat teknologi kepiting (Crab Center), pihak BPBAP Takalar mempunyai beberapa fungsi untuk mengembangkan teknologi untuk pengembangan rajungan yakni dengan sistem budidaya rajungan (Portunus pelagicus) di tambak tradisional, dengan pembuatan tambak diseminasi atau tambak yang digunakan untuk kawasan percontohan bagi masyarakat. Dengan penerapan teknologi ini pihak BPBAP Takalar berharap dapat memberi contoh bagi masyarakat yang mempunyai rencana menjadi membudidayakan rajungan di tambak dengan baik dan benar.

1.2   Tujuan
       Tujuan dari Praktek Kerja lapang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung bagaimana cara atau tehnik pembesaran rajungan dan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam teknik budidaya rajungan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar , Sulawesi Selatan.

1.3   Kegunaan
       Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah agar mahasiswa dapat membandingkan dan memadukan teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan yang ada di lapang serta mendapatkan keterampilan tentang teknik pembesaran rajungan (Portunus pelagicus) dan sebagai informasi dan pengetahuan bagi pihak - pihak lain yang membutuhkan. 
1.4   Tempat dan waktu Pelaksanaan
       Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab.Takalar , Sulawesi Selatan pada tanggal 11 Agustus hingga 05 September 2014.

2.     MATERI DAN METODE
2.1   Materi
      Materi pengamatan adalah rajungan (Portunus pelagicus) yang dibudidayakan di tambak diseminasi milik BPBAP Takalar.
2.2  Metode
Metode pengambilan data yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini menggunakan metode deskriptif yakni dengan menggambarkan suatu obyek berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Menurut Umar (2004), metode deskriptif umumnya bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung dan memeriksa sebab - sebab gejala yang diselidiki.

3.     HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1   Persiapan Tambak
a. Pengeringan Dasar Tambak
 Persiapan awal yang dilakukan pada proses budidaya rajungan di tambak tidak jauh berbeda dengan persiapan pada budidaya udang. Prosesnya hampir sama yakni pertama di mulai dengan melakukan pengeringan dasar tambak. Proses pengeringan dasar tanah ini berlangsung kurang lebih selama 7 – 14 hari. Perlakuan pegeringan dasar tambak ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2007), bahwa tanah di tambak untuk kegiatan budidaya baik yang baru digunakan atau sudah lama perlu dilakukan pengolahan tanah untuk mencegah menempelnya sisa - sisa organisme pathogen (bakteri , jamur, protozoa) dengan penyinaran matahari secara langsung.
b. Pemupukan Dan Pengapuran
       Setelah proses pengeringan selesai dilakukan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengapuran dan pemupukan tanah dasar. Tujuan dari kegiatan pengapuran adalah untuk mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar tambak dan juga memberantas hama, penyakit, serta organisme pathogen yang nantinya akan mengganggu usaha budidaya. Semakin tinggi kadar pH  atau semakin rendah kadar pH akan menyebabkan pakan alami  sulit tumbuh. Jenis kapur yang digunakan adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) atau kapur tembok. Kapur ini befungsi sebagai desinfektan atau pemberantas hama. Adapun volume kapur yang digunakan sebanyak 300-500 kg kapur (Ca(OH)2  untuk luas satu hektar.
      Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar tambak. Dengan pemupukan diharapkan akan menumbuhkan pakan alami berupa fitoplankton yang nantinya akan dimanfaatkan oleh benih rajungan (Portunus pelagicus). Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan ternak yakni sapi (Bos taurus). Dosis untuk penggunaan pupuk organik yang sering digunakan sekitar 250 kg/Ha.
      Proses perlakuan pengapuran dan pemupukan ini sesuai dengan pendapat  Anonymous (2013), yakni kegiatan pengelolaan dan treatment tanah dasar dilakukan dengan cara pengapuran tanah dasar dan pemupukan tanah dasar pada petakan tambak. Pengapuran petakan tambak dimaksudkan Untuk menetralkan keasaman dan meningkatkan alkalinitas tanah sedangkan pemupukan dilakukan dalam rangka penyediaan unsur hara serta proses penguraian bahan-bahan organik yang terdapat pada tanah dasar dalam petakan tambak menjadi unsur hara untuk memenuhi kebutuhan akan pakan alami.
c. Pemasukan Air
       Kegiatan selanjutnya setelah pemupukan dan pengapuran adalah dilakukan pemasukan air secara perlahan ke dalam tambak. Pemasukan air dilakukan dengan membuka pintu air secara manual. Air dimasukkan secara perlahan sampai ketinggiannya mencapai 80 cm. Pada budidaya rajungan di tambak air yang digunakan berasal langsung dari laut yang ditampung di tambak tersendiri di samping tambak rajungan dengan luas 0,5 hektare.
d. Pemberian Shelter
       Sebelum di masukkan air perlu di beri tambahan shelter. Shelter disini berfungsi sebagai tempat berlindung dari rajungan dari ancaman kanibalisme sesamanya saat rajungan tersebut mengalami molting. Penggunaan shelter bisa menggunakan ijuk , pelepah daun pisang (Musa paradisiacal), pipa paralon, botol kemasan bekas atau dengan menggunakan rumput laut. Jenis rumput laut yang pernah di ujicoba sebagai shelter yakni Gracillaria sp. dan Lawi Lawi  (Caulerpa,sp ).
      Tambak rajungan ini menggunakan shelter yang terbuat dari botol plastik bekas. Botol – botol ini terlebih dahulu di potong pada bagian bawahnya hingga membentuk lubang pada botol dengan menggunakan gunting, kemudian botol diikatkan pada sebuah tongkat kayu sepanjang 1 meter, diikatkan sejajar secara horizontal pada tongkat kayu. Satu tongkat kayu ini dapat dipasangi  40 buah botol plastik bekas. Shelter ini dapat dipasang di tambak setelah proses pemupukan atau dapat juga saat dilakukan pengisian air kedalam tambak. Semakin banyak shelter  dibuat semakin bagus. Shelter ini disebar merata didalam tambak. Jarak penanaman kurang lebih 2 - 4 meter setiap shelter.   
      Pembuatan shelter ini sesuai dengan pernyataan  Anonymous (2013), untuk mengurangi dampak kanibalisme pada rajungan dapat dilakukan dengan cara memasang shelter atau tempat perlindungan. Tempat perlindungan ini dapat berupa pipa paralon , botol plastik bekas, atau rumput laut (Gracillaria sp.). Setelah shelter selesai diletakkan ke dalam tambak kemudian dilakukan pengisian air ke dalam tambak hingga ketinggian 40 – 80 cm.

3.2  Penebaran Benih
      Ada 2 cara yang biasa digunakan dalam penebaran benih rajungan ke dalam tambak yang pertama yakni dilakukan proses penggelondongan terlebih dahulu. Proses penggelondongan ini berfungsi sebagai aklimatisasi benih rajungan yang baru di ambil dari hatchery BPBAP Takalar. Benih rajungan yang digelondong ini berukuran crab 10 dengan berat 0,1 gram yang nantinya akan digelondong selama 2 minggu hingga ukurannya  5 gr sebelum dilepas ke tambak. Penggelondongan ini juga berfungsi sebagai seleksi awal apakah benih dapat beradaptasi dengan baik di tambak atau tidak
      Penabaran yang ke dua dilakukan dengan menggunakan penebaran langsung, yakni tanpa melalui proses penggelondongan terlebih dahulu. Padat tebar benih rajungan yang di pelihara di tambak harus diperhatikan dengan baik, yakni 1-2 ekor/m3. Ukuran benih yang dapat ditebar adalah benih yang mempunyai lebar karapaks antara 5 mm sampai 20 mm. Benih rajungan yang sehat biasanya setelah ditebar akan berenang mencari tempat perlindungan atau shelter. Sebelum ditebar ke dalam tambak di buka plastik kemasan benih rajungan dan di aklimatisasi terlebih dahulu selama 15 menit hingga plastik  mengembun, tujuannya agar menyesuaikan suhu di dalam plastik dengan suhu di tambak. Setelah 15 menit masukkan air tambak secara perlahan ke dalam kantong plastik , dan kemudian benih rajungan akan keluar dengan sendirinya

3.3  Pemeliharaan
   a. Pengontrolan               
       Kegiatan pengontrolan yang dilakukan adalah monitoring pematang, pintu air dan ketinggian air di dalam tambak. Ketiga hal ini penting karena situasinya dapat berubah sewaktu - waktu. Ketinggian air di tambak harus di jaga di kisaran > 60 cm. Pergantian air perlu dilakukan penjadwalan, kadang dilakukan secara berkala selama 2 minggu sekali,sebanyak 40-60% dari total air di tambak. Akan tetapi saat musim kemarau hal tersebut sulit untuk dilakukan karena pemasukan air laut mengandalkan pasang surut air laut maka perlu di buat tambak penampungan air laut agar ketika air pasang air dapat di tampung di tambak penampungan.
   b. Sampling
      Kegiatan sampling juga perlu dilakukan oleh para pembudidaya rajungan, minimal dilakukan 2 minggu sekali untuk mengetahui pertumbuhan dari rajungan yang telah dipelihara. Kegiatan sampling ini menggunakan timbangan digital. Kegiatan sampling meliputi menimbang berat rajungan, mengukur lebar dari karapasnya dan mengukur panjang rajungannya.
      Pengambilan sampel rajungan dilakukan secara acak di setiap sudut tambak yang mewakili dimana populasi rajungan terbanyak. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada saat pagi atau sore hari ketika akan memberikan pakan rucah, karena lebih mudah mendeteksi dan menarik perhatian rajungan dalam keadaan lapar. 
      Sampling rajungan ini berlangsung 2 kali yakni pertama pada hari ke 30 pemeliharaan dan sampling ke dua pada hari ke 60 pemeliharaan. Dari kegiatan sampling ini nantinya dapat diketahui laju pertumbuhan dari rajungan yang dibudidaya. Menurut Subandiyono dan Hastuti, (2014) dalam Soim ,(2004) laju pertumbuhan harian (specific growth rate/ SGR) adalah presentase dari selisih berat akhir dan berat awal yang dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan
LPH = x 100 %                              
Keterangan :
LPH     = Persentase berat rata-rata individu per hari (% hari)
Wt       = In berat rata-rata pada waktu ke-t (gram)
Wo      = In berat rata-rata awal (gram)
T          = Waktu (hari)
Hasil sampling pertama didapatkan berat rata – rata awal rajungan saat berumur 4 minggu sebesar 8,32 gram , kemudian berat rata – rata rajungan saat umur 8 minggu sebesar 27,9 gram. Kemudian dihitung dengan rumus di atas  dan didapatkan laju pertumbuhan harian rajungan adalah sebesar 65,33%. Pertumbuhan rajungan termasuk sangat cepat karena laju pertumbuhannya di atas 50 %.
c. Pemberian Pakan
    Pakan yang diberikan saat masa pemeliharaan ada 2 macam yaitu pakan alami dan tambahan. Pakan alaminya mengandalkan nutrient yang berasal langsung dari laut sedangkan pakan tambahannya terdapat berbagai macam pilihan, yakni dapat berupa cumi - cumi (Mastigoteuthis flammea)  yang di potong halus dan kecil, ubi kering (Acetes japonicus) juga dapat diberikan saat rajungan di bawah umur 8 minggu tetapi. Pakan yang dipakai dalam kegiatan budidaya ini berupa ikan rucah yang dipotong kecil kecil. Jumlah total pakan yang digunakan selama 4 bulan masa pemeliharaan mencapai 1.000 kg.
      Pemberian pakan rucah ini sesuai dengan pendapat Kordi (2007) ,bahwa  dalam usaha budidaya rajungan ketersediaan pakan tambahan sangat penting untuk mengurangi resiko kanibalisme akibat kurangnya ketersediaan makanan di tambak. Pakan tambahan dapat berupa cumi-cumi (Mastigoteuthis flammea) , ikan kering, atau pakan pellet yang kita buat sendiri. Pellet tersebut dapat terdiri dari campuran tepung kedelai (Glycine max), tepung ikan (brevoortia tyrannus), dan tepung jagung (Zea mays).

3.4  Pengelolaan Kualitas Air
      Pengelolaan kualitas air saat masa pemeliharaan rajungan di tambak sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas air yang baik berpengaruh penting dalam proses pembesaran. Pengelolaan kualitas air yang dilakukan di pembesaran rajungan ini meliputi kisaran salinitasnya, kemudian dderajat keasamannya (pH) , suhu di tambak itu sendiri ,juga oksigen terlarutnya atau DO, dan yang terakhir kecerahan tambak itu sendiri. Dalam mengontrol kualitas air di tambak perlu menggunakan alat alat laboratorium yakni menggunakan DO meter, pH meter, dan refraktometer.
Data kualitas air yang diperoleh saat minggu pertama yakni, kisaran DO sebesar 3,3 mg/liter , suhu 25,2 0C, salinitas sebesar 25 ppt, dan pH 8,11. Pada minggu ke dua diperoleh nilai DO sebesar 7,7 mg/liter, suhu 31,9 0C, salinitas 25 ppt, dan pH 8,14. Pada minggu ke 3 diperoleh nilai DO sebesar 4,35 mg/liter, suhu 26,1 0C, salinitas 25 ppt, dan pH 7,65. Pada minggu ke empat diperoleh nilai DO sebesar 6,26 mg/liter, suhu 30,2 0C, salinitas 25 ppt, dan pH 7,9. Data kualitas air ini sesuai dengan pernyataan Anonymous (2013) ,bahwa kisaran kualitas air yang baik untuk budidaya kepiting di tambak yakni untuk suhu yang baik berkisar antara 28 – 320C, sedangkan untuk pH antara 7 – 9,  ,untuk  salinitasnya berkisar antara 20 - 35 ppt, untuk DO nya >4 mg/l.

3.5 Pemanenan
      Pemanenan rajungan di tambak dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni panen total dan selektif. Pemanenan rajungan dilakukan secara selektif yakni dilakukan ketika rajungan sudah berumur kurang lebih 3 bulan. Pemanenan ini dilakukan dengan cara manual yakni kita masuk ke dalam tambak dan menangkap menggunakan tangan.
      Rajungan yang dipanen biasanya memiliki berat 80-100 gram . panen ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan rajungan di tambak, dan juga untuk menseleksi sesuai dengan permintaan pasar, yakni yang berukuran 80-100 gram. Tambak rajungan ini memiliki luas 1 hektare , benih rajungan yang ditebar sebanyak 30.000 ekor. Dengan masa pemeliharaan selama 4 bulan. Rajungan yang di panen sejumlah 900 kg atau sekitar 9.000 ekor dengan berat antara 80 - 100 gram. Pengemasan rajungan yang akan di panen menggunakan sterofoam yang di dalamnya diisi air laut dan rumput laut, air laut berfungsi sebagai media hidupnya sedangkan rumput laut untuk shelter sementara agar rajungan tidak berkelahi di dalam sterofoam saat di kirim ke pasar.

3.6 Hama
      Pada tambak budidaya rajungan ini terdapat hama penyaing bagi rajungan yakni trisipan (Tylomelania zeamai) , sejenis kerang yang menempel di pinggir tambak. Organisme ini berada di pinggir tambak dan merupakan penyaing dalam mendapatkan makanan dan oksigen di dalam tambak. Cara mengatasinya yaitu dengan membuang  organisme penyaing secara manual saat tambak dikeringkan setelah panen.
      Perlakuan ini sesuai dengan pendapat Kordi (2007), bahwa kompetitor adalah organisme penyaing yang dapat menyaingi organisme yang kita budidayakan di tambak, penanggulangannya dapat dengan cara pengeringan tambak setelah panen berlangsung atau dapat juga dengan membuangnya dengan tangan secara manual.

3.7 Permasalahan
      Budidaya rajungan di tambak ini masih memiliki kendala utama, yaitu jumlah SR yang masih rendah. Dalam beberapa tahun terakhir SR rajungan di tambak tertinggi hanya mencapai 16-20 % saja. Kendala utama yang menyebabkan SR rajungan ini rendah adalah kanibalisme rajungan saat molting. Saat keadaan molting rajungan sangat lemah dan hal ini juga mempengaruhi sifat rajungan lain untuk menyerang dan memakannya  sehingga perlu adanya upaya pencegahan agar kanibalisme rajungan menurun.
      BPBAP Takalar mengembangkan shelter (pelindung) buatan bagi rajungan yang sedang molting dengan cara membuat shelter dari botol plastik bekas. Kemudian di kembangkan lagi shelter alami yang multifungsi , dimana selain sebagai pelindung , shelter ini juga mempunyai fungsi menambah pakan alami, menambah jumlah oksigen terlarut dalam air dan juga dapat menambah penghasilan pembudidaya, maka di kembangkan lah polikultur antara rajungan dengan rumput laut. Polikultur ini baru berjalan selama 1 tahun yakni sejak awal 2013 dan hasilnya sudah cukup bagus.

4.     KESIMPULAN DAN SARAN
4.1   Kesimpulan
Pembesaran rajungan (Portunus pelagicus) dimulai dari persiapan tambak budidaya, pengeringan dasar tambak, pemupukan dan pengapuran, pemberian shelter, penebaran benih, pengontrolan, sampling, pengontrolan kualitas air, dan pemanenan. Kualitas air tambak selama pemeliharaan cukup baik. Nilai DO rata-rata > 3 mg/l, suhu berkisar antara 25-300C, salinitas 25 ppt, dan pH rata-rata 7,8. Laju pertumbuhan harian rajungan selama bulan ke 2 sebesar 65,33%. Shelter untuk budidaya rajungan dapat menggunakan botol plastik bekas atau dengan menggunakan rumput laut jenis Gracillaria sp atau Caulerpa sp. Pemasangan shelter terbukti meningkatkan jumlah SR rajungan.

4.2  Saran
      Pemasangan shelter baik dari botol bekas maupun menggunakan rumput laut jenis Gracillaria sp dengan sistem polikultur sudah terbukti dapat meningkatkan SR dari kegiatan budidaya rajungan, dan juga perlu adanya upaya pengembangan lebih lanjut di kemudian hari untuk meminimalisasi sifat kanibalisme pada rajungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Indonesia Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Jafar , Lisda 2011 . Perikanan Rajungan Di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo, Sabangko Dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanudin Makassar
Kordi, K. M.G.H. 2007. Budidaya Kepiting Bakau(Pembenihan, Pembesaran, dan penggemukan). Aneka Ilmu , Semarang. 169 hlm.
Nakamura K dan Supriyatna. 1990, Organogenesis dirung methamorphosis in the swimming crab, portunus trituberculatus, Nippon Suisan Gakkaishi, 56 (10): 1,561-1,564.

























Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Soim, A. 1994. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta
Umar, H. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. PT Gramedia Pustaka Utama.akarta. 242 hlm

1 komentar:


  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan bio aqua untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus